Baiknya meminta doa itu dengan kalimat yang singkat namun syarat makna. Karena memberikan rincian detail dalam doa termasuk berlebihan dalam berdoa.
Ada beberapa bentuk berlebihan dalam doa yang disebutkan oleh para ulama di antaranya sebagai berikut.
Pertama: Merinci dalam doa.
Contoh merincinya: Ya Allah, berikanlah kepadaku televisi berwarna dengan merk ini atau ini.
Coba lihat hadits berikut.
أَنَّ عَبْدَ اللَّهِ بْنَ مُغَفَّلٍ سَمِعَ ابْنَهُ يَقُولُ اللَّهُمَّ إِنِّى أَسْأَلُكَ الْقَصْرَ الأَبْيَضَ عَنْ يَمِينِ الْجَنَّةِ إِذَا دَخَلْتُهَا. فَقَالَ أَىْ بُنَىَّ سَلِ اللَّهَ الْجَنَّةَ وَتَعَوَّذْ بِهِ مِنَ النَّارِ فَإِنِّى سَمِعْتُ رَسُولَ اللَّهِ -صلى الله عليه وسلم- يَقُولُ « إِنَّهُ سَيَكُونُ فِى هَذِهِ الأُمَّةِ قَوْمٌ يَعْتَدُونَ فِى الطُّهُورِ وَالدُّعَاءِ »
‘Abdullah bin Mughoffal pernah mendengar puteranya berdoa, “Ya Allah, jika aku masuk surga berikanlah kepadaku istana berwarna putih di sebelah kanan surga.”
‘Abdullah lalu berkata pada puteranya, “Wahai anakku jika berdoa mintalah pada Allah surga dan mintalah agar dijauhkan dari neraka karena aku pernah mendengar Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda, “Akan datang pada umat ini orang-orang yang berlebihan dalam bersuci dan dalam berdoa.” (HR. Abu Daud, no. 96; Ibnu Majah, no. 3864. Al-Hafizh Abu Thahir mengatakan bahwa sanad hadits ini shahih)
Doa yang terbaik adalah doa yang jawami’ul kalim, yang singkat namun syarat makna seperti doa-doa yang dicontohkan dalam Al-Qur’an dan yang dicontohkan oleh Nabi kita shallallahu ‘alaihi wa sallam.
Coba kita perhatikan doa sapu jagad,
رَبَّنَا آَتِنَا فِي الدُّنْيَا حَسَنَةً وَفِي الْآَخِرَةِ حَسَنَةً وَقِنَا عَذَابَ النَّارِ
ROBBANAA AATINAA FID DUN-YAA HASANAH, WA FIL AAKHIROTI HASANAH, WA QINAA ‘ADZAABAN NAAR.
Artinya: Ya Allah, berikanlah kepada kami kebaikan di dunia, berikan pula kebaikan di akhirat, dan lindungilah kami dari siksa neraka. (QS. Al-Baqarah: 201)
Coba lagi kita perhatikan doa dari Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam yang biasa dibaca ba’da Shubuh,
اللَّهُمَّ إِنِّي أَسْأَلُكَ عِلْمًا نَافِعًا وَرِزْقًا طَيِّبًا وَعَمَلًا مُتَقَبَّلًا
ALLOOHUMMA INNII AS-ALUKA ‘ILMAN NAAFI’AN, WA RIZQON THOYYIBAN, WA ‘AMALAN MUTAQOBBALAA.
Artinya: Ya Allah, sungguh aku memohon kepada-Mu ilmu yang bermanfaat (bagi diriku dan orang lain), rezeki yang halal, dan amal yang diterima (di sisi-Mu dan mendapatkan ganjaran yang baik).
Dua doa di atas singkat bukan? Namun lihat maknanya bagaimana? Sangat ampuh dan luar biasa, sudah mencakup segala macam kebaikan di dalamnya.
Karenanya Ibnu Katsir sampai mengatakan tentang doa sapu jagad, “Doa ini berisi permintaan kebaikan di dunia seluruhnya dan permintaan agar dihindarkan dari segala kejelekan.” (Tafsir Al-Qur’an Al-‘Azhim, 2:122)
Kedua: Jika yang diminta dalam doa adalah sesuatu yang diharamkan atau perantara menuju yang haram.
Kenapa sampai perantara menuju yang haram diharamkan? Hal ini mengingat kaidah fikih yang disebutkan oleh para ulama, al-wasail lahaa ahkamul maqoshid, artinya hukum perantara sama dengan hukum tujuan.
Contoh, bolehkah meminta dalam doa agar diberi televisi? Kalau tujuan menonton televisi nantinya untuk melihat hal-hal maksiat, seperti menonton konser musik, pamer aurat, gosip para artis, maka membelinya jadi haram. Berdoanya untuk hal tersebut termasuk berlebihan dalam doa.
Kesimpulannya, berdoalah dengan doa yang sifatnya umum namun syarat makna, itu lebih baik.
Demikian bahasan di atas kami sarikan sebagiannya dari Syaikh Muhammad Shalih Al-Munajjid dalam fatwa Islamqa, no. 41017 (https://islamqa.info/ar/41017).
Semoga bermanfaat. Moga doa-doa kita diijabahi oleh Allah.
—
@ Garuda Indonesia menuju Jakarta, 23 Dzulqa’dah 1438 H, dilengkapi @ Perpus Rumaysho, 24 Dzulqa’dah 1438 H
Oleh: Muhammad Abduh Tuasikal
Artikel Rumaysho.Com